• Seseorang beramal, tujuannya ingin disaksikan oleh manusia seperti dirinya (riya’) dan ia mengabaikan amalan untuk disaksikan oleh-Nya semata.
• Seseorang bakhil terhadap hartanya. Rabb-nya meminta pinjaman yang baik kepadanya (berinfaq di jalan-Nya) tetapi ia enggan melakukannya.
• Seseorang yang mengejar tempat dan merapat kepada sesama manusia dan mencintai mereka, padahal Allah SWT mengajaknya untuk selalu bersama-Nya dan mencintai-Nya.
Saudaraku…
Mungkin jikalau syekh Yahya bin Muadz rahimahullah hidup di masa sekarang dan hidup di tengah-tengah kita, beliau akan lebih heran lagi melihat perilaku kita.
Karena sering kita beramal, tapi bertumpu pada penglihatan dan pendengaran manusia. Mengharap pujian dan sanjungan dari mereka. Mendamba wajah selain wajah-Nya. Tampilan luar begitu indah, tapi bathinnya rapuh.
Di lain waktu, kita berat memberikan pinjaman kepada orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita. Padahal kita yakin, harta kita akan kembali cepat atau lambat. Apatah lagi memberikan pinjaman kepada Allah SWT, yang Dia akan mengembalikannya di nun jauh di sana.
Kita pun tidak menyangkal, bahwa berdekatan dengan manusia yang kita cintai jauh lebih kita sukai daripada berdekatan dengan-Nya.
Terima kasih, syekh Yahya atas teguran dan nasihatmu.
Sumber: Status Ustadz Abu Ja’far